Tugas UTS-Pengantar Sastra Indonesia


                                                                            BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
Cerita pendek (cerpen) adalah salah satu jenis karya sastra yang dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Seperti dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal yang sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Seseorang pembaca cerpen, sepertinya sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Sehingga pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah, dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya. Cerpen yang kami kaji itu adalah sebuah cerpen yang berjudul Pelajaran Mengarang  karya Seno Goemira Ajidarma.

1.2  IDENTIFIKASI
Berdasarkan latar belakang di atas, saya mencoba mengidentifikasi masalah saya ini. Identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Goemira Ajidharma?
2. Aliran apakah yang digunakan Seno Goemira dalam penulisan cerpen berjudul Pelajaran Mengarang


BAB II
PEMBAHASAN


2.1  SINOPSIS CERPEN PELAJARAN MENGARANG KARYA SENO GOEMIRA ADJIDHARMA
Cerpen Pelajaran Mengarang Karya Seno Gumira Ajidarma ini membahas tentang seorang anak bernama Sandra yang mendapat kesulitan ketika diminta mengarang. Ia tidak dapat mengarang apa adanya seperti anak-anak lain. Untuk judul apapun yang diberikan Bu  Guru Tati. Sedangkan, anak-anak sekelasnya tinggal menuliskan kenyataan seperti yang mereka alami. Akan tetapi Sandra tidak, Sandra harus benar-benar mengarang dan kali ini ia mendapat pilihan yang semuanya tidak menyenangkan. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul. Judul yang pertama Keluarga Kami yang Berbahagia. Judul yang kedua Berlibur ke Rumah Nenek.
Sandra mendapatkan judul pelajaran mengarang yang tidak sesuai dengan yang dialaminya. Ketika ia mulai berpikir tentang Keluarga Kami yang Berbahagia Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng minuman yang kosong berserakan di atas meja, lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran di atas kasur yang sepreinya terserat entah kemana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus menerus mendengkur bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
Saat Sandra mulai memikirkan judul yang kedua, Berlibur ke Rumah Nenek dan yang masuk dalam pikirannya adalah gambaran seorang wanita yang yang sedang berdandan di depan cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna merah sangat tebal pada pipinya, hitam tebal pada alisnya, dan wangi memabukkan. Wanita itu sudah tua dan menyebalkan. Ibunya memang memanggilnya Mami tapi semua orang didengarnya memenggilnya Mami juga.Ibunya sering menitipkan Sandra kepada Mami kalau ia keluar kota berhari-hari entah kemana. Dan wanita itu membawa Sandra ketempat  kerjanya.
Kemudian, Sandra mulai berpikir tentang Ibu. Sandra melihat seorang wanita cantik. Seorang wanita yang selalu merokok, bangun siang, makan selalu pakai tangan dan kaki kanannya naik ke atas. Sandra tak pernah lupa, betapa banyaknya kata-kata makian dalam sebuah bahasa, yang biasa dilontarkan kepadanya. Sandra juga tau wanita itu sangat mencintainya. Setiap hari Minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza. Di sana Sandra bisa mendapatkan boneka dan apapun yang diinginkannya. Setiap kali Sandra makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan seperti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang belepotan dengan es krim. Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita, dari sebuah buku berbahasa Inggris dengan gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.
Empat puluh menit lewat sudah, belum ada secoret kertas di kertas Sandra. Masih putih, bersih, tanpa setitikpun noda. Beberapa anak yang sampai hari itu belum mempunyai persoalan yang terlalu berarti dalam hidupnya menulis dengan lancar. Beberapa diantaranya sudah selesai dan setelah menyerahkannya segera berlari keluar kelas. Sandra mulai menulis judulnya: Ibu. Sandra menyelipkan kertasnya di tengah. Di rumahnya, sambil menonton RCTI Ibu Guru Tati yang belum berkeluarga memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Setelah membaca separuh dari tumpukan karangan itu, Ibu Guru Tati berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah. Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisikan kalimat sepotong: “Ibuku seorang pelacur”
2.2  TINJAUAN ATAS UNSUR INTRINSIK
Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam cerpen Pelajaran Mengarang itu sebagai berikut:
2.2.1        TEMA
Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Gagasan yang mendasari cerita itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan. Tema atau pokok persoalan cerpen Pelajaran Mengarang sesungguhnya terletak pada kehidupan sosial seorang anak pelacur bernama Sandra. Dia kesulitan saat pembelajaran dalam kelas diminta untuk mengarang dengan judul “Keluarga Kami yang Berbahagia” atau “Liburan ke Rumah Nenek. Namun, judul yang diberikan oleh Bu Tati belum pernah ia rasakan dalam kehidupannya. Karena dia tidak tahu dimana ayahnya sekarang dan ibunya selalu meninggalkannya bersama laki-laki. Gambaran ini terletak pada kutipan cerpen berikut:
Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
                    Kemudian ditegaskan kembali, yaitu :
Sandra mencoba berpikir tentang sesuatu yang mirip dengan “Liburan ke Rumah Nenek” dan yang masuk kedalam benaknya adalah gambar seorang wanita yang sedang berdandan dimuka cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna yang serba tebal. Merah itu sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada alisnya. Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra.
2.2.2        AMANAT
Amanat merupakan keinginan pengarang untuk menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya.
Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Goemira Ajidarma adalah kita tidak perlu malu atau menutupi fakta atas apa yang kita alami dalam kehidupan. Karena kejujuran diatas segalanya. Hal ini terdapat pada kutipan paragraf terakhir yang menggambarkan kejujuran Sandra atas kehidupannya.
Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong: “Ibuku seorang pelacur”
Amanat pokok/utama ini kemudian diperjelas atau diuraikan dalam ceritanya. Akibatnya muncul amanat-amanat lain yang mempertegas amanat utama itu diantaranya:
1.      Seorang anak hendaknya merawat ibunya ketika tidak berdaya, sekalipun perbuatannya sangat tidak wajar . Amanat ini dimunculkan melalui paragarf berikut;
Suatu malam wanita itu pulang merangkak-rangkak karena mabuk. Di ruang depan ia muntah-muntah dan tergelatak tidak bisa bangun lagi. Sandra mengepel muntahan-muntahan itu tanpa bertanya-tanya. Wanita yang dikenalnya sebagai ibunya itu sudah biasa pulang dalam keadaan mabuk.
2.      Seburuknya seorang ibu pastilah memiliki sisi keibuan terhadap anaknya. Tidak mungkin selalu memaki tanpa ada rasa sayang dan cinta. Pasti dia menginginkan yang terbaik untuk anaknya, terbaik daripada kehidupan yang dijalaninya dan rela melakukan apapun demi masa depan yang baik untuk anaknya kelak;
Sandra tak pernah lupa, betapa banyaknya kata-kata makian dalam sebuah bahasa yang bisa dilontarkan padanya karena pertanyaan seperti itu.
Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu mencintainya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini atau ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapat boneka, baju, es krim, kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan seprti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang belepotan es krim sambil berbisik, “Sandra, Sandra …”
Tidak hanya itu saja. Dari gambaran ini terpapar pula amanat lain, yaitu:
3.      Kita harus menjadi yang lebih baik dari orang tua kita untuk membahagiakan mereka;
4.      Tidak semua sifat ataupun perbuatan dari orang tua kita benar dan baik. Kita harus pandai memilah hal apa saja yang kita patut contoh dan tidak,
5.      Janji yang telah terucap haruslah ditepati dan sebagai seorang anak haruslah patuh terhadap nasihat yang diberikan oleh ibu, yang dijelaskan dalam kutipan ini,
Sandra selalu belajar untuk menepati janjinya dan ia memang menjadi anak yang patuh. Namun wanita itu tak selalu berperilaku manis begitu. Sandra lebih sering melihatnya dalam tingkah laku yang lain. Maka, berkelebatan di benak Sandra bibir merah yang terus menerus mengeluaran asap, mulut yang selalu berbau minuman keras, mata yang kuyu, wajah yang pucat, dan pager …
2.2.3        LATAR
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.
2.2.3.1  LATAR TEMPAT
Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah, kampus, hutan, dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh pengarangnya, yaitu:
2.2.3.1.1        RUANG KELAS
Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya, karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, “Liburan ke Rumah Nenek”, “Ibu”.
2.2.3.1.2        RUMAH SANDRA
Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
2.2.3.1.3        DISKOTEK
Di tempat kerja wanita itu, meskipun gelap, Sandra melihat banyak orang dewasa berpeluk-pelukan sampai lengket. Sandra juga mendengar musik yang keras, tapi Mami itu melarangnya nonton.
Sampai sekarang Sandra tidak mengerti. Mengapa ada sejumlah wanita duduk diruangan kaca ditonton sejumlah lelaki yang menujuk-nunjuk mereka.
2.2.3.1.4        DALAM KAMAR
Ia  juga hanya berbisik malam itu, ketika terbangun karena dipindahkan ke kolong ranjang. Wanita itu barangkali mengira ia masih tidur. Wanita itu barangkali mengira, karena masih tidur maka Sandra tak akan pernah mendengar suara lenguhnya yang panjang maupun yang pendek di atas ranjang. Wanita itu juga tak mengira bahwa Sandra masih terbangun ketika dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki yang memeluknya sudah mendengkur keras sekali. Wanita itu tak mendengar lagi ketika dikolong ranjang Sandra berbisik tertahan-tahan “Mama, mama …” dan pipinya basah oleh air mata.
2.2.3.1.5        RUMAH BU GURU TATI
memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Setelah membaca separo dari tumpukan karangan itu, Ibu guru Tati berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah.
2.2.3.2  LATAR WAKTU
2.2.3.2.1        PAGI HARI
Sandra masih memandang keluar jendela. Ada langit biru diluar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan sayap yang anggun.
2.2.3.2.2        MALAM HARI
Ia  juga hanya berbisik malam itu, ketika terbangun karena dipindahkan ke kolong ranjang. Wanita itu barangkali mengira ia masih tidur.
2.2.3.3   LATAR SOSIAL
Di dalam latar ini umumnya menggambarkan keadaan keluarga Sandra yang berantakan, dengan mamanya yang menjadi pelacur, dunia malam yang sangat tidak pantas untuk anak kecil seperti Sandra, dan tekanan bati yang dialami Sandra ketika berkumpul dengan teman sebayanya. Di dalam cerpen ini latar sosial digambarkan sebagai berikut :
Suatu malam wanita itu pulang merangkak-rangkak karena mabuk. Di ruang depan ia muntah-muntah dan tergelatak tidak bisa bangun lagi. Sandra mengepel muntahan-muntahan itu tanpa bertanya-tanya. Wanita yang dikenalnya sebagai ibunya itu sudah biasa pulang dalam keadaan mabuk.
Di tempat kerja wanita itu, meskipun gelap, Sandra melihat banyak orang dewasa berpeluk-pelukan sampai lengket. Sandra juga mendengar musik yang keras, tapi Mami itu melarangnya nonton.
Apakah Sandra harus berterus terang? Tidak, ia harus mengarang. Namun ia tak punya gambaran tentang sesuatu yang pantas ditulisnya.
2.2.4        ALUR
Alur adalah peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan hubungan-hubungan konsolitas itu memiliki struktur. Alur dalam cerpen Pelajaran Mengarang adalah maju-mundur.
Lima belas menit telah berlalu. Sandra tak mengerti apa yang harus dibayangkanya tentang sebuah keluarga yang berbahagia.
“Mama, apakah Sandra punya Papa?”
“Tentu saja punya, Anak Setan! Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!”
Apakah Sandra harus berterus terang? Tidak, ia harus mengarang. Namun ia tak punya gambaran tentang sesuatu yang pantas ditulisnya.
Dua puluh menit berlalu. Ibu Guru Tati mondar-mandir di depan kelas. Sandra mencoba berpikir tentang sesuatu yang mirip dengan “Liburan ke Rumah Nenek” dan yang masuk kedalam benaknya adalah gambar seorang wanita yang sedang berdandan dimuka cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna yang serba tebal. Merah itu sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada alisnya. Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra.
“Jangan Rewel Anak Setan! Nanti kamu kuajak ke tempatku kerja, tapi awas, ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!”
Wanita itu sudah tua dan menyebalkan. Sandra tak pernah tahu siapa dia. Ibunya memang memanggilnya Mami. Tapi semua orang didengarnya memanggil dia Mami juga. Apakah anaknya begitu banyak? Ibunya sering menitipkan Sandra pada Mami itu kalau keluar kota berhari-hari entah ke mana.
Di tempat kerja wanita itu, meskipun gelap, Sandra melihat banyak orang dewasa berpeluk-pelukan sampai lengket. Sandra juga mendengar musik yang keras, tapi Mami itu melarangnya nonton.
“Anak siapa itu?”
“Marti.”
“Bapaknya?”
“Mana aku tahu!”
Sampai sekarang Sandra tidak mengerti. Mengapa ada sejumlah wanita duduk diruangan kaca ditonton sejumlah lelaki yang menujuk-nunjuk mereka.
“Anak kecil kok dibawa kesini, sih?”
“Ini titipan si Marti. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian dirumah. Diperkosa orang malah repot nanti.”
Sandra masih memandang keluar jendela. Ada langit biru diluar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan sayap yang anggun.
Dalam kutipan cerpen diatas, dapat dijelaskan ketika Sandra berada dalam kelas berfikir untuk menegrjakan tugas mengarang dari Bu Tuti, Sandra memikirkan kejadian yang telah dilaluinya di rumah maupun tempat mami bekerja.
2.2.5        PENOKOHAN
Yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana pengarang menampilkan perilaku tokoh-tokohnya berikut wataknya. Seno Goemira Ajidharma menampilkan tokoh-tokohnya sebagai berikut.
2.2.5.1  SANDRA
Tokoh ini merukan anak kecil berumur 10 tahun yang sangat menyayangi ibunya dan penasaran tentang apa yang ada dilingkungannya serta pekerjaan yang dilakukan ibunya. Sandra sangat penurut dengan ibunya dan menyayangi ibunya. Datanya seperti berikut.
Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya, karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, “Liburan ke Rumah Nenek”, “Ibu”.  Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.
Sandra selalu belajar untuk menepati janjinya dan ia memang menjadi anak yang patuh. Namun wanita itu tak selalu berperilaku manis begitu. Sandra lebih sering melihatnya dalam tingkah laku yang lain. Maka, berkelebatan di benak Sandra bibir merah yang terus menerus mengeluaran asap, mulut yang selalu berbau minuman keras, mata yang kuyu, wajah yang pucat, dan pager …
2.2.5.2  MAMA SANDRA
Tokoh ini merupakan sosok ibu yang suka memaki anaknya, pulang malam, mabuk-mabukan, dan seorang pelacur. Namun sesungguhnya dia sangat menyayangi Sandra dan tak ingin sandra menjadi sepertinya.
Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
“Lewat belakang, anak jadah, jangan gangfu tamu Mama,” ujar sebuah suara  dalam ingatannya, yang ingin selalu dilupakannya.
Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu mencintainya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini atau ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapat boneka, baju, es krim, kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan seprti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang belepotan es krim sambil berbisik, “Sandra, Sandra …”
Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita dari sebuah buku berbahasa inggris dengan gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.
“Berjanjilah pada Mama, kamu akan jadi wanita baik-baik, Sandra.”
“Seperti Mama?”
“Bukan, bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama.”
2.2.5.3  MAMI
Tokoh ini merupakan wanita tua dengan dandanan menor yang menjadi ketua dalam pelacuran. Sandra sering dititikan padanya dan mami sering memaki Sandra.
Jangan Rewel Anak Setan! Nanti kamu kuajak ke tempatku kerja, tapi awas, ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!”
Wanita itu sudah tua dan menyebalkan. Sandra tak pernah tahu siapa dia. Ibunya memang memanggilnya Mami. Tapi semua orang didengarnya memanggil dia Mami juga. Apakah anaknya begitu banyak? Ibunya sering menitipkan Sandra pada Mami itu kalau keluar kota berhari-hari entah ke mana.
2.2.5.4  BU GURU TATI
Tidak teliti, karena ia memberi kesimpulan sebelum menyelesaikan tugasnya.
Di rumahnya, sambil nonton RCTI, Ibu Guru Tati yang belum berkeluarga memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Setelah membaca separo dari tumpukan karangan itu, Ibu guru Tati berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah.
Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong.
2.2.6        TITIK PENGISAHAN
Yang dimaksud dengan titik pengisahan yaitu kedudukan/posisi pengarang dalam cerita tersebut. Di dalam cerpen Pelajaran Mengarang Seno Goemira memposisikan dirinya dalam cerita ini sebagai tokoh serba tahu dan serba melihat. Ia dapat melihat sampai kedalam pikiran tokoh dan mampu mengkisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya, karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, “Liburan ke Rumah Nenek”, “Ibu”.  Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.
2.2.7        GAYA
Di dalam cerpen ini pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.8        ALIRAN
Dalam penulisan cerpen Pelajaran Mengarang, Seno Goemira Ajidarma menggunakan aliran improsiontis. Improsiontis adalah paham dalam filsafat yang melahirkan kembali kesan atas sesuatu yang dilihatnya. Kesan itu biasanya hanya sepintas, berlau begitu saja. Pengarang tidak akan melukiskannya secara mendetail di dalamnya seperti di dalam aliran realisme atau naturalisme untuk membentuk suatu ketegasan. Spontanitas penglihatan dan perasaan dari awal tetap tidak hilang.
Jika dalam cerpen Seno, hal ini diperjelas dengan penggunaan sudut pandang tokoh sampingan serba tahu dan kurang detailnya penceritaan di dalamnya yang dikuatkan dengan kutipan berikut:
Anak-anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga Kami yang Berbahagia”. Judul kedua “Liburan ke Rumah Nenek”. Judul ketiga “Ibu”.
Ibu Guru Tati memandang anak-anak manis yang menulis dengan kening berkerut. Terdengar gesekan halus pada pena kertas. Anak-anak itu sedang tenggelam ke dalam dunianya, pikir Ibu Guru Tati. Dari balik kaca-matanya yang tebal, Ibu Guru Tati memandang 40 anak yang manis, yang masa depannya masih panjang, yang belum tahu kelak akan mengalami nasib macam apa
                                        DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/24492471/Menjelaskan-Unsur-Unsur-Intrinsik-Cerpen
http://awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau,kami/
http://gajahkesemutan.wordpress.com/2009/04/08/contoh-cerpen-dengan-unsur-intrinsiknya/
http://sukab.wordpress.com/2008/02/03pelajaran-mengarang/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar