Malang Tempo Doeloe (MTD) Tidak Berfungsi Semestinya (Festival Malang Tempo Doeloe layaknya pasar malam)
|
Malang Tempo Doeloe sebagai ajang
pendidikan sejarah, nilai-nilai budaya, dan objek wisata yang menarik
yang di pusatkan di kawasan
elite Jalan Ijen dipadati dengan Pedagang Kaki Lima (PKL). Pedagang yang tidak
terdata menjual barang dagangannya di tepi jalan menuju area Malang
Tempo Doeloe
dan di dalam area festival. Pedagang tidak terdata yang berada di dalam area
festival menggelar barang dagangannya di tepi jalan. Tindakan pedagang sangat
mengganggu pengunjung karena memakan badan jalan.
Tidak
hanya pedagang ilegal saja, pengemis juga ada dalam acara tersebut. Pengemis
kebanyakan duduk di tengah jalan dalam area festival dan hal tersebut mengganggu
pengunjung serta tidak selayaknya dibiarkan.
Selain
masalah PKL dan pengemis, pengunjung yang menggunakan pakaian
santai saat menyambangi festival budaya tersebut sangat menyimpang. Seharusnya,
pengunjung memakai pakaian bertema tempo dulu untuk mendukung tujuan awal
diadakannya acara tersebut. Pengunjung seharusnya memakai kebaya
tradisional atau pakain batik sebagai lambang kebudayaan Indonesia tempo dulu.
Penyimpangan
pelaksanaan Malang Tempo Doeloe tahun ini dirasakan oleh beberapa pengunjung.
Alif Utama, salah satu pengunjung Malang Tempo
Doeloe mengungkapkan bahwa,” Stan yang ada di MTD aneh, karena ada hotel, dealer motor, dan makanan timur tengah
yang tidak sesuai dari tema MTD”.
Evaluasi
selayaknya
dilakukan oleh panitia penyelenggara agar festival budaya dapat menjadi daya tarik masyarakat dan memberi manfaat
bagi pengunjungnya. Selain itu,
sejarah budaya Kota Malang yang menjadi tema utama tersampaikan kepada
pengunjung. Malang Tempo Doeloe diharapkan dapat terus eksis dalam menyampaikan sejarah budaya yang ada di Kota Malang.(Kel/6)
0 komentar:
Posting Komentar