Beberapa Metode Pembelajaran



 
1.Metode Audiolingual
Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Metode itu muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat. Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan.
Langkah-langkah:
1.Penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca.
2.Peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa menghafalkannya.
3.Penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan.
4.Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas.
5.Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.
   Kelebihan:
1.Siswa terampil dalam membuat pola kalimat yang sudah di-drill.
2.Siswa mempunyai lafal yang baik atau benar.
3.Siswa tidak tinggal diam, tetapi harus terus-menerus memberikan respon pada rangsangan guru.
Kelemahan:
1.Siswa cenderung memberi respon secara serentak atau secara individual seperti membaca dan sering tidak mengetahui makna apa yang diucapkan.
2.Siswa tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatihkan.
3.Siswa tidak berperan aktif melainkan hanya member respon pada rangsangan guru.
4.Kesalahan-kesalahan diaggap dosa besar dan harus dihindari. Oleh karena itu, mereka tidak dianjurkan untuk berinteraksi secara lisan atau tulisan sebelum menguasai pola-pola yang banyak.

Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

2.Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil. Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.
Langkah-langkah:
Kelebihan:
Kelemahan:

Sumber: Madusari E. A. dkk. 2009. Metodoogi pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

3.Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Metodologi Pembelajaran – KKG 11 Yang dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah pembaca.
Langkah-langkah:
Kelebihan:
Kelemahan:

Sumber: Madusari E. A. dkk. 2009. Metodoogi pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

4.Metode Langsung
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat. Siswa diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.
Langkah-langkah:
Kelebihan:
Kelemahan:

Sumber: Madusari E. A. dkk. 2009. Metodoogi pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

5.Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator. Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
Langkah-langkah:
Kelebihan:
Kelemahan:

Sumber: Madusari E. A. dkk. 2009. Metodoogi pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

6.Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-langkah metode membaca: (1) pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat (2) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit (untuk mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya) (3) Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab (4) Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu oleh guru (5) Pembicaraan kosakata yang relevan (6) Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.
Langkah-langkah:
1.Pemebrian kosakata dan istilah-istilah yang dianggap sukar bagi guru dan siswanya. Ini diberikan dengan definisi dan contoh dalam kalimat.
2.Penyajian bacaan dalam kelas. Dicoba dalam hati (silent reading) selama kurang lebih 15 menit.
3.Diskusi mengenai isi bacaan dapat berupa Tanya-jawab dengan menggunakan bahasa sumber.
4.Pembicaraan tentang tata bahasa secara singkat kalau dirasakan perlu oleh guru.
5.Pembicaraan mengenai kosakata yang relevan.
6.Pemberian tugas sperti mengarang (yang isinya relevan dengan topic bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, yang berkaitan dengan isi bacaan.
Kelebihan:
Kelemahan:

Sumber: Madusari E. A. dkk. 2009. Metodoogi pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

7.Metode Tematik
Metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami Metodologi Pembelajaran – KKG 12 adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, konkret, dan konseptual. Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman. 8) Metode Kuantum Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.
Langkah-langkah:
Kelebihan:
Kelemahan:

Sumber: Madusari E. A. dkk. 2009. Metodoogi pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

8.Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah,menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan. Apabila proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran dapat terjadi secara langsung dan bersifat student centered (berpusat pada siswa). Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi mereka.
Langkah-langkah:
1.Langkah persiapan
·   Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
·   Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
·   Menetapkan masalah yang ingin dibahas
·   Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi
2.Pelaksanaan diskusi
·   Mempersiapkan segala persiapan yang dapat memengaruhi diskusi kelancaran diskusi.
·   Memberikan pengarahan sebelum melaksanakan diskusi
·   Melaksanakan diskusi sesuai aturan main yang telah ditetapkan.
·   Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-ide
·   mengendalikan pembicaraan kepada pokok-pokok persoalan yang sedang dibahas.
3.Menutup diskusi
·   Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
·   me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Kelebihan:
1.Metode diskusi dapat merangsang siswa lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide
2.Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukan pikiran dalam mengatasi setiap masalah.
3.Melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal, juga melatih siswa menghargai orang lain.
Kekurangan:
1.Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan membaca
2.Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur
3.Memerlukan waktu yang cukup panjang
4.Sering terjadi perbedaan pendapat yang emosional dan tidak terkontrol
Sumber: Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama

9.Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang ingin diperolah melalui kerja kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya. Metodologi Pembelajaran – KKG 13
Langkah-langkah:
Kelebihan:
Kelemahan:

Sumber: Madusari E. A. dkk. 2009. Metodoogi pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

10.              Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Ceramah dilakukan dengan ditunjukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif dengan melibatkan peserta melalui adanya interaksi, tanggapan balik, atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan seperti bahan serahan (handouts), transparasi yang ditampilkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan kertas plano, dll.
Langkah-langkah:
1.Tahap persiapan
1.Merumuskan tujuan yang akan dicapai
2.Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan
3.Mempersiapkan alat bantu
2.Tahap Pelaksanaan
a.Langkah pembukaan : Merupakan langkah yang paling menentukan
1.Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Guru perlu mengemukakan tujuan yang harus dicapai siswa.
2.Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi yang akan disampaikan. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan secara mental agar siswa mampu dan dapat menerima materi pembelajaran.
b.   Langkah penyajian :  Tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur.
Menjaga kontak mata secara terus menerus dengan siswa.
1.Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa.
2.Sajikan materi pembelajaran yang sistematis
3.Tanggapilah respon siswa dengan segera
4.Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
c. Langkah mengakhiri atau menutup ceramah
1.Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru disampaikan.
2.Merangsang siswa untuk menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi yang telah disajikan
3.Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.
Kelebihan :
1.Merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dalam proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
2.Ceramah dapat menyajikan materi yang luas. Materi yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya saja dalam waktu yang singkat.
3.Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu.
4.Guru dapat mengontrol keadaan kelas.
5.Organisasi kelas dengan menggunakan metode ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam.
Kekurangan:
1.Materi yang dikuasai siswa akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2.Ceramah yang disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan verbalisme.
3.Guru yang memiliki kemampuan bertutur yang kurang baik akan sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
4.Melalui metode ceramah akan sangat sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

11.              Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di universitasJhon Hopkins. Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti “gergaji ukir”. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigzaw), yaitu siswa melakukan kegiatan elajara sengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapakan Lie (1993:73) bahwa pembelajaraan kooperatif model jigsaw ini merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajara dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai enam orang secara heterogen, dan siswa bekerjasama salaing ketergantungan positif dan bertanggunyg jawab secara mandiri.
Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelkelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok lain mendapat tugas bagian yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dnegan kelompok ahli (Ibrahim, dkk. 2000:52)
Langkah-langkah:
1.Menyampaiakn tujuan belajar dan membangkitkan motivasi
2.Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal buku teks, atau bentuk lain.
3.Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar.
4.Siswa dikelompokan sebanyak satu sampai dengan lima orang siswa.
5.Tiaporang dalam tip diberikan materi yang berbeda
6.Tiap orang dalam tim diberi materi yang ditugaskan
7.Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub bagian yang sama, bertemu dalam kelompok yang baru
8.Setelah diskusi selesai, sebagaian anggota dari tim ahli kembali pada kelompok asli dan bergantian mengajar dengan teman sekelompok satu tim tentang subab yang mereka kuasai, dan tiap anggota lainnya mempelajari dengan seksama.
9.Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
10.              Guru memberi evauasi.
11.              Pemberian penghargan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa.
12.              Penutup
Kelebihan:
1.Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan memberikankesempatan kepada siswa lain.
2.Siswa dapat menguasai pembelajaran yang disampaikan.
3.Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya.
4.Dalam proses belajar mengajar siswa siswa saling ketergantungan positif.
5.Setiap siswa dapat mengisi satu sama lain.
Kekurangan:
1.Membutuhkan waktu yang lama
2.Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan siswa yang kurang pandai
3.Siswa yang kurang pandai merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama-kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
Sumber: Madusari E. A. dkk. 2009. Metodoogi pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

12.       Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau sekadar tiruan. Metode demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret.
Langkah-langkah:
1.Tahap Persiapan
a. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir (tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik)
b.Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
c. Lakukan uji coba demonstrasi.
2.Tahap pelaksanaan
a.Langkah Pembukaan
1.Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2.Kemukakan tujuan apa saja yang harus dicapai siswa
3.Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan siswa (mencatat, merangkum, dll)
b.                  Langkah pelaksanaan demonstrasi
1.Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir
2.Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan
3.Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa
4.Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
c. Langkah mengakhiri demonstrasi
Proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan hal pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain itu guru hendaknya memberikan evaluasi.
Kelebihan:
1.Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan
2.Proses pembelajaran akan lebih menarik
3.Dengan mengamati secara langsung, siswa kaan dapat membandingkan antara kanyataan dengan teori.
Kekurangan:
1.Memerlukan persiapan yang lebih matang
2.Memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai, juga memerlukan biaya yang lebih mahal
3.Memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, guru dituntut bekerja lebih professional.

Sumber: Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama
13.              Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Simulasi dapat diartikan cara penyajian cara belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu.
Langkah-langkah simulasi:
1.Persiapan simulasi
·   Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
·   Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
·   Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang akan dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
·   Guru memberikan kesempatan kepada siswayang terlibat dalam pemeran simulasi.
2.Pelaksanaan Simulasi
·   Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
·   Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
·   Guru hendaknya memberikan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
·   Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
3.Penutup
·   Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
·   Merumuskan kesimpulan.
Kelebihan:
1.simulasi dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja.
2.Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peran sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3.Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4.Memperkaya pengetahuan, sikapdan keterampilanyang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi social yang problematik.
5.Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Kekurangan:
1.Pengalaman yang diperoleh ketika simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
2.Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran sering diabaikan.
3.Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
Sumber: Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama
14.              Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari pada itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, diperpustakaan dan tempat lainnya.
Uraian di atas menggambarkan behwa resitasi sebagai metode (belajar) dan atau mengajar merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan pembacaan dan lain sebagainya. Resitasi dilakukan dalam rangka merangsang siswaagar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari dan menemukan, mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan memungkinkan memperoleh hasil yang permanen.
Langkah-langkah:
1.fase pemberian tugas
Tugas yang diberikan hendaknya mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai , jenis tugas, dan tepat sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk yang dapat membantu dan disediakan waktu yang cukup.
2.langkah pelaksanaan
·   Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru
·   Diberikan dorongan sehingga anak mau melaksanakannya
·   Diusahakan atau dikerjakan oleh anak sendiri
·   Mencatat semua hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematik
3.fase pertanggungjawaban tugas
·   Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakan
·   Ada tanyajawab dan diskusi
·   Penilaian hasil keja siswa baik dengan tes atau nontes.
   Kelebihan:
   Kekurangan:
Sumber: Majid, Abdul.2013. Strategi Pembelajara. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

15.              Metode Tanya jawab
Metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic. Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir siswa dan membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan.
a.Tujuan
1.Untuk mengecek dan mengetahui siswa sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa
2.Untuk merangsang siswa berpikir
3.Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami
4.Memotivasi siswa untuk menumbuhkan sikap kompetisi dalam belajar
5.Melatih murid untuk berpikir dan berbicara sistematis berdasarkan pemikiran orisinil
b.                  Jenis pertanyaan
Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan. Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan siswa, sedangkan pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui cara berpikir dalam menanggapi suatu persoalan.
c. Teknik mengajukan pertanyaan
Digunakan jika:
1.Bermaksud mengulang bahan pertanyaan
2.Ingin membangkitkan siswa belajar
3.Tidak terlalu banyak siswa
4.Sebagai selingan metode ceramah
   Langkah-langkah:
   Kelebihan:
   Kekurangan:

Sumber: Majid, Abdul.2013. Strategi Pembelajara. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

16.              Metode Karyawisata
Karyawisata di sini berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Contohnya mengajak siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui system pengadilan selama satu jam pelajaran.
Langkah-langkah:
1.Merumuskan tujuan karyawisata
2.Menetapkan objek karyawisata sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
3.Menetapkan lamanya karyawisata
4.Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata
5.Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan
6.Melaksanaan kegiatan belajar ditempat karyawisata dengan bimbingan guru.
7.Guru mengarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan pada fase pembelajaran.
8.Pada akhir karyawisata, siswa diminta laporannya baik lisan maupun tertulis mengenai inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata.
   Kelebihan:
   Kekurangan:

Sumber: Majid, Abdul.2013. Strategi Pembelajara. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

17.              Metode Problem Solving

   Kelebihan:
  
   Kekurangan:


18.              Metode Discovery-Inquiry
Metode discovery  adalah suatu metode unikdan dapat disusun oleh guru dalam berbagai cara, meliputi pengajaran inkuiri dan pemecahan masalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Ciri-ciri metode ini yaitu guru lebih sedikit memberikan materi pelajaran kepada siswa. Sebaliknya, siswa belajar dan memperoleh pengalaman yang lebih banyak. Orientasi guru ialah memandang sibagai individu yang memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Guru lebih memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan kreativitas siswa
Langkah-langkah:
1.Merumuskan masalah, dengan melakukan kegiatan-kegiatan:
a. Menyadari adanya suatu masalah
b.Menjadikan masalah itu sebagai suatu yang bermakna atau memiliki makna tertentu;
c. Menjadikan masalah tersebut mengarah pada cara pemecahannya.
2.Mengambangkan jawaban tentative dalam bentuk rumusan hipotesis, dengan kegiatan:
a. Melakukan pengkajian dan pengklasifikasian
b.Menghubung-hubungkan berbagai kemungkinan jawaban;
c. Menyusun pernyataan hipotesis.
3.Menguji jawaban tentative, dengan kegiatan:
a. Merakit bukti-bukti yang ada dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, dan mengevaluasi bukti-bukti yang dibutuhkan mengenai derajat keserasiannya.
b.Menerjemahkan, menafsirkan dan mengklasifikasikan bukti-bukti tersebut;
c. Menganalisis, mencari hubungan yang satu dan yang lain, mencatat perbedaan dan persamaannya, serta mengidentifikasi arah, urutan, dan aturannya.
4.Mengambangkan suatu kesimpulan, dengan kegiatan:
a. Menemukan pola dan hubungan yang bermakna antara hasil jawaban
b.Merumuskan kesimpulan secara jelas
5.Melaksanakan kesimpulan terhadap data atau pengalaman-pengalaman dengan cara:
a. Menguji kesimpulan dengan bukti-bukti baru.
b.Membuat kesimpulan berdasarkan pengujian tersebut.
Kelebihan:
Kekurangan:

Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

19.              Metode Sumbang Saran (Brain-Storming)
Sumbang saran (Brain-Storming) yang sering pula disebut inventarisasi (pengumpulan) gagasan meruapakan salah satu jenis metode diskusi. Pada metode ini, terjadi pencurahan gagasan secara spontan yang berhubungan dengan bidang minat atau kebutuhan kelompok untuk mecapai suatu keputusan (Moedjiono, dkk. 1991). Sumbang saran dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.
Langkah-langkah:
1.Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
2.Gueu menyampaikan suatu materi
3.Guru melontarkan masalah kepada siswa
4.Siswa mengemukakan pendapat atau komentar, sedangkan guru mencatatnya dipapan tulis tanpa mengadakan perubahan.
5.Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi setiap gagasan yang telah dikemukakan tadi
Kelebihan:
1.Mendorong siswa untuk aktif berpikir cepat dan tersusun logis
2.Mendorong siswa untuk menyatakan pendapatnya
3.Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru;
4.Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran
5.Siswa yang aktif mendapatkan bantuan dari temannya atau dari guru
6.Terjadi persaingan yang sehat
7.Siswa merasa bebas dan gembira
8.Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan
9.Merangsang semua siswa untuk turut ambil bagian
10.              Menghasilkan reaksi yang berkaitan
11.              Tidak menyita banyak waktu
12.              Dapat digunakan kelas besar maupun kelas kecil
13.              Tidak memerlukan pemimpin diskusi yang hebat
14.              Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan
Kekurangan:
1.Memudahkan siswa untuk terlepas dari control
2.Keharusan mengevaluasi jika diharapkan efektif
3.Adanya kesulitan bagi siswa untuk mengetahui bahwa semua pendapat dapat diterima
4.Siswa cenderung menilai gagasan yang diajukan
5.Siswa tidak segera mengetahui apakah pendapatnya benar atau salah
6.Masalah dapat berkembang kea rah yang tidak diharapkan.
7.Guru kurang member waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.
8.Siswa yang kemampuannya kurang selalu ketinggalan.
9.Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja
10.              Guru hanya menampung pendapat dan tidak pernah merumuskan kesimpulan
11.              Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul atau salah
12.              Tidak menjamin hasil pemecahan masalah.

Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

20.              Metode Pengajaran Modul
Modul dalam bidang pendidikan adalah suatu unit yang lengkap., berdiri sendir, dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai sejumlah tujuan yng dirumuskan secara khusus dan jelas.
Langkah-langkah:
1.Membaca buku teks dan artikel disusul oleh kegiatan berupa tugas menjawab pertanyaan dan melakukan penelitian.
2.Mengkaji diagram dan fotograf untuk mendampingi buku teks dan artikel untuk menjelaskan segala pengertian yang diperkenalkan melalui buku teks dan artikel itu.
3.Melihat film dan slide berwarna. Kegiatan ini merupakan upaya pemantapan dan memperkaya pengetahuan siswa dalm mempelajari materi pelajaran tertentu.
4.Menangani berbagai objek realitas dan model, misalnya pepohonan, binatang dan segala bentuk tiruan atau model lainnya.
5.Mendemonstrasikan peristiwa atau proses terjadinya sesuatu. Dapat juga memperlihatkan benda-benda yang aneh dlam siklus pengamatan.
6.Mendengarkan rekaman dan kaset atau audio tape.
7.Melakukan eksperimen,baik sungguhan maupun simulasinya.
8.Mendiskusikan pelajaran dengan teman-temannya atau dengan guru.
Kelebihan:
1.Balikan (Feedback)
Modul dapat memberikan feedback yang banyak dan bersifat segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya.
2.Penguasaan tuntas (mastery)
Setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
3.Tujuan
Modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya jelas, spesifik, dan dapat dicapai siswa.
4.Motivasi
Dapat mengembangkan motivasi belajar siswa karena terlibat langsung dalam memilih apa yang ingin mereka pelajari.
5.Fleksibilitas
Dapat disesuaikan dengan adanya perbedaan siswa mengenai kecapatan belajar, cara belajar dan bahan belajar.
6.Kerja sama
Pengajaran modul mengurangi persaingan di kalangan siswa dan mengembangkan kerja sama antara siswa dan guru karena kedua belah pihak sama-sama bertanggung jawab atas berhasilnya pengajaran.
7.Pengajaran Remedial
Pengajaran modul dengan sengaja memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kelemahan, kesalahan, atau kekurangan siswa yang segera dapat ditemukan sendiri oleh siswa berdasarkan evaluasi yang diberikan secara kontinu.
Kelemahan:

Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

21.              Metode Belajar Mandiri
Belajar mandiri (independent study) adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh individu untuk memperbaiki diri sendiri (self improving). Dalam belajar, siswa tidak selalu memulainya dari diri sendiri, tetapi di bawah supervise bimbingan dari guru/konselor, dan direncanakan. Siswa terlibat dalam identifikasi masalah/topic, kegiatan penyimpulan, dan evaluasi terhadap hasil belajar mandiri.
Langkah-langkah:
1.Siswa memilih dan menentukan suatu masalah atau topik yang ingin dipelajari. Penentuan topik ini dilakukan seteladiskusi . pertemuan kelas atau konsultasi dengan orang lain.
2.Setelah disetujui siswa melaporkan kepada guru sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan:
A. Apa yang ingin kamu kerjakan dalam studi ini?
B. Mengapa kamu mau mengerjakannya?
C. Bantuan apa yang mungkin diperlukan?
D. Apakah masalah ini telah dibicarakan dan didukung pihak lain(orang tua)
3.Guru mempelajari rencana belajar siswa dan memberikan komentar dan nasihat, misalnya tentang sumber, cara belajar, dan sebagainya.
4.Siswa belajar mandiri di kelas, perpustakaan, atau rumah dan membuat laporan kegiatan kepada guru.
5.Guru membuat catatan harian untuk mengetahui kemajuan siswa dalam melakukan kerjanya.
6.Mengadakan pertemuan dengan guru dan membuat laporan tentang kegiatan tersebut kepada kelas.
7.Mengakhiri program belajar dan follow up-nya.
Kelebihan:
1.memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami topik yang sedang dipelajarinya sesuai dengan keinginannya dan mengembangkan kreativitas mereka sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
2.dapat dilaksanakan di sekolah dan tidak terikat pada organisasi staf sekolah yang ada sebagaimana strategi lainnya.
3.tidak menuntut adanya perlengkapan tambahan sebagaimana yang berlaku pada pelajaran kelas biasa.
4.Dapat dilaksanakan dalam semua bidang kurikulum atau bidang studi.
5.Mengembangkan motivasi belajar siswa karena mereka terlibat langsung dalam memilih topic yang ingin mereka pelajari
6.Menjembatani antara sekolah dan masyarakat karena dapat dilaksanakan dalam semua situasi.
7.Memungkinkan siswa untuk mengembangkan minat individualnya.
8.Menitikberatkan tanggung jawab siswa.
9.Memungkinakan siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang tak diperoleh melalui pengajaran kelas secara regular
10.              Membersihkan sumbangan pada keterlibatan personal pada diri siswa.
Kelemahan:
1.Kurang memperhatikan interaksi sosial sehingga siswa tidak mengalami perkembangan sosial sebagaimana yang diharapkan oleh anggota masyarakat.
2.Jika siswa telah biasa bekerja sama dan melakukan kegiatan berkelompok, ia akan mengalami kesulitan untuk mengatsi masalah secara efektif.
3.Banyak guru, orang tua, dan kepala sekolah percaya bahwa kegiatan kelompok member suasana yang terbaik untuk belajar dan menganggap bahwa belajar mandiri tidak efektif
4.Orang tua dan siswa lebih menginginkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi perguruan tinggi. Perlu dipertanyakan apakah strategi itu dapat memenuhi tuntutan lembaga-lembaga tersebut.
5.Menyebabkan rendahnya rasio guru-siswa dalam membuat perencanaan, konseling, dan supervisi.
6.Jika sekolah melaksanakan program komprehensif, biaya sekolah menjadi lebih mahal.
7.Menyebabkan perlunya supervise tambahan dari orang tua atau orang dewasa di tempat siswa belajar.
8.Ada guru yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap bentuk hubungan guru-siswa dalam belajar mandiri dan tuntutan menyelesaikan program pengajaran yang telah ditentukan.
9.Dapat menimbulkan salah arah karena dengan berkembangnya minat sendiri dan kebebasan belajar, siswa kemungkinan akan mengabaikan program menyeluruh lebih utamakan keinginannya.

Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

22.              Metode Pengajaran Berprogram
Pengajaran berprogram merupakan kemajuan baru bila dikaitkan dengan penggunaan mesin mengajar (teaching machine). Menurut para ahli, hasil belajar melalui pengajaran berprogram lebih efektif dibandingkan dengan pengajarn melalui guru walaupun pengajaran berprogram dan mesin mengajar ini tampak kurang manusiawi (humanistic).
Langkah-langkah:
1.Tahap persiapan meliputi: penyajian atau penyusunan program dalam bentuk buku teks atau unit program yang lebih kecil. Penyusunan program berdasarkan prinsip, teknik, tujuan yang hendak dicapai, perbedaan individual siswa, dan kemungkinan penerapannya. Serta persiapan alat-alat yang diperlukan untuk penyajian informasi, dengan mesin mengajar atau cara lain, dibutuhkan media pengajaran yang serasi.
2.Tahap penyajian informasi.
Dapat dilakukan dengan memilih atau mengombinasikan beberapa cara penyajian meliputi: penyajian secara visual, siswa membaca dan mengamati media yang digunakan seperti gambar, film, dan lain-lain. Penyajian dengan auditif, siswa mendengarkan pelajaran dengan bantuan alat, seperti perekaman, dan sebagainya. Penyajian dengan bentuk lainnya melalui penciuman, percobaan atau gerakan. Penyajian dengan mesin mengajar (teaching machine), cara ini menimbulkan konsekuensi dan kesulitan tertentu.
3.Tahap merespon informasi
Siswa merespon atau memberikan sambutan terhadap informs yang disajikan. Respon yang dilakukan mungkin dalam bentuk over response atau multiple choise response lainnya. Kemajuan belajar siswa meningkat jika diberi ganjaran. Permberian ganjaran berpijak dari pengetahuan tentang hasil siswa atau pengetahuan tentang koreksi respon yang diberikan siswa.
4.Tahap penilaian
   Siswa menjawab tes kemudian memeriksanya sendiri berdasarkan jawaban-jawaban yang telah disediakan.
Kelebihan:
1.Menarik minat dan disenangi siswa karena memiliki cirri khas berbeda dengan teknik belajar lain.
2.Memberikan kemungkinan perluasan prestasi belajar lebih efisien dibandingkan teknik pengajaran konvensional.
3.Mengurangi waktu latihan dan waktu mengajar, sehingga merupakan efisien waktu.
4.Dapat dikerjakan oleh siswa yang pandai, sedang, maupun lamban sesuai dengan prinsip perbedaan individual.
5.Strategi melayani belajar secara individual dan dinilai lebih berhasil.
6.Sesuai dengan belajar modern, yakni psikologi behavioristik yang menekankan pada pengembangkan tingkah laku yang diamati.
7.Serasi dengan permintaan kesempatan belajar yang luas, baik formal maupun system latihan, yang keadaan fasilitas pendidikannya semakin langka.
Kelemahan:
1.Perlengkapan mahal, sehingga tidak semua sekolah pemiliknya.
2.Para guru lebih cenderung menggunakan cara-cara lain karena belum terbiasa dengan pengajaran berprogama.
3.Banyak anak yang ingin bersekolah sehingga penggunaan teknologi berarti membatasi kesempatan belajar kalau teknik ini banyak digunakan.
4.Tidak semua guru atau kepala sekolah mampu membuat dan menggunakan program yang dirancang  itu.
5.Kurang relevan untuk pengembangan aspek sikap dan nilai serta keterampilan bekerja.
Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
23.        Metode Pembelajaran Melalui Pengalaman (Eksperiental Learning)
   Belajar melalui pengalaman disini adalah pemerolehan pengetahuan dan ketrampilan serta pembentukan sikap melalui pengalaman konkret-langsung, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pengalaman konkret (concrete depository experiences) yang telah dimiliki oleh siswa dapat dijadikan titik tolak kegiatan pembelajaran dalam usaha pemerolehan pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan watak.
Langkah-langkah:

Kelebihan:

Kelemahan:

1.Mengidentifikasi pengalaman kongret yang telah dimiliki oleh siswa. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator ialah berusaha mengetahui pengalaman-pengalaman konkret (concrete depository experiences) yang telah dimiliki oleh siswa.
2.Menambahkan (complementary materials)
Dengan persiapan yang tersedia, guru dapat menambahkan hal-hal yang akan diobservasi oleh siswa di lapangan. Tambahan ini dapat berbentuk hand out atau catatan singkat.
3.Site visit, merupakan langkah kegiatan inti, yaitu kunjungan lapangan untuk melakukan observasi dan pengamatan langsung tentang hal-hal yang akan diamati.
4.Kegiatan kelas. Siswa mengadakan tukar pengalaman (Sharing ex-perience). Tukar-menukar pengalaman ini dapat dilakukan dalam bentuk small group- discussion atau role playing, dan lain-lain.
5.Debriefing, Berdasarkan laporan siswa (tertulis atau lisan), guru atau tim guru mengadakan pemantapan tujuan observasi atau peninjauan yang telah dilakukan oleh anak-anak di lapangan.
Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
24.              Metode Gramatika Terjemah (Grammar Translation Method)
Metode terjemahan adalah satu teknik untuk menunjukkan makna kata asing. Metode ini paling banyak dipakai dalam pengajaran bahasa asing, dan telah digunakan sejak zaman Kekaisaran Romawi. Metode ini berlandaskan prinsip bahwa penguasaan terhadap bahasa asing (selain bahasa ibu) dicapai dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu,bahasa yang dikuasai siswa.
Langkah-langkah Penyajian:
1.Guru memulainya dengan memberikan definisi jenis kata,imbuhan,jenis kata, dan kaidah yang harus dihafalkan dalam bahasa sumber.
2.Guru melatih belajar dalam terjemahan kalimat kemudian paragraph.
3.Guru memberi daftar kosakata untuk dihafalkan.
4.Guru member pekerjaan rumah berupa persiapan terjemahan dari halaman buku sumber untuk dibicarakan pada pertemuan berikutnya.
Kelebihan:
1.Praktis (dapat dipakai pada tiap jenis dan keadaan sekolah,serta tidak memerlukan banyak biaya dan tenaga)
2.Mudah digunakan dan dapat dipakai pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
3.Dalam tempo yang singkat, guru dapat menjadikan siswa memahami kata-kata baru yang diterjemahkan tersebut.
4.Siswa dapat menguasai arti dari kata yang diajarkan.
5.Siswa mahir menerjemahkan bahasa tulis.
6.Siswa mampu menghafal kaidah bahasa tulis yang disampaikan dalam bahasa sumber.
Kelemahan:
1.Analisis tata bahasa mungkin baik bagi mereka yang merancangnya, tetapi membingungkan siswa karena rumitnya analisis itu.
2.Terjemahan kalimat demi kalimat sering mengacaukan makna kalimat dalam konteks luas.
3.Siswa mendapat pelajaran dalam satu ragam tertentu, yakni ragam sastra. Ini bukan ragam bahasa sehari-hari.
4.Siswa menghafalkan kaidah-kaidah bahasa yang disajikan secara preskriptif.
5.Siswa sebetulnya tidak belajar menggunakan bahasa target, melainkan membicarakan ”bahasa yang baru” itu.

Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
25.              Metode Struktural Analisis Intesis (Diambil dari Moedjiono, 1991)
Metode structural analisis sintesis (SAS) merupakan metode yang dikembangkan oleh PKKMM (Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diprogramkan pada tahun 1974. Metode ini terutama dikembangkan dalam pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar meskipun dapat dikembangkan pula ditingkat sesudahnya dan dalam mata pelajaran lainnya.
Dalam proses operasionalnya, metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut.
1.Struktur, menampilkan keseluruhan;
2.Analisis, melakukan proses penguraian
3.Sintesis, melakukan penggabungan kembali pada struktur semula.

Kebaikan:
a. Memenuhi tuntutan jiwa siswa yang melik sifat (ingin tahu) terhadap sesuatu dan segala sesuatu yang ada diluar dirinya.
b.Menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya.
c. Menuntun siswa untuk berpikir analitis dengan cara membiasakannya kea rah pendekatan:
1.Bahasa adalah sebuah struktur,
2.Struktur terorganisasikan atas unsur-unsur secara teratur, dan
3.Kehidupan merupakan struktur yang terdiri atas bagian-bagian yang tersusun secara teratur.
d.                  Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa, siswa dapat lebih mudah mengikuti prosedur pembelajaran dan dengan cepat dapat menguasai keterampilan membaca pada kesempatan berikutnya.
e. Berdasarkan landasan linguistic, metode ini menolong siswa untuk menguasai bacaan dengan lancar.

Kelemahan:
a. Penggunaan metode SAS mempunyai kesan bahwa guru harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi guru dewasa ini.
b.Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini, yang bagi sekolah-sekolah tertentu dirasakan sangat sukar.
c. Metode SAS hanya dapat dikembangkan pada masyarakat pembelajar di kota-kota dan tidak di pedesaan.
d.                  Karena agak sukar menganjurkan para pengajar untuk menggunakan metode SAS ini, di berbagai tempat metode ini tidak dilaksanakan.

Teknik Pembelajaran:
Teknik pelaksanaan metode SAS ialah keterampilan memilih kartu huruf, kartu suku kata, dan kartu kalimat. Sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata, dan kata, guru dan sebagian siswa lainnya menempelkan kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti. Demikian seterusnya sehingga seluruh siswa memperoleh giliran untuk menyusun kalimat, membacanya, dan mengutipnya sebagai pelajaran keterampilan menulis.
Prosedur Pengguanaan Metode SAS
1.Membaca permulaan dijasikan dua bagian, yaitu:
a. Membaca permulaan tanpa buku
b.Membaca permulaan dengan buku.
2.Pada bagian pertama (membaca permulaan tanpa buku) dilakukan :
a. Merekam bahasa siswa melalui pertanyaan-pertanyaan disampaikan guru sebagai kontak pemulaan;
b.Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat dari siswa yang sesuai dengan gambar yang dimunculkan;
c. Membaca kalimat secara stuktural dengan cara menghilangkan gambar sehingga tinggallah kartu-kartu kalimat yang dibaca oleh siswa;
d.                  Lakukan analisis terhadap struktur dengan cara memisahkan-misahkannya mmenjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf; kemudian lakukan proses sintesis dengan cara menggabungkan kembali setiap unsur tersebut menjadi struktur lengkap seperti semula.
3.Pada bagian kedua (membaca permulaan dengan buku) dilakukan:
a. Membaca bahan dengan nyaring secara bersama-sama;
b.Membaca setiap baris kalimat secara bergantian;
c. Jika anak belum lancar membaca, dapat diulang kembali atau kembali menggunakan media tanpa buku tadi;
d.                  Memperhatikan pelafalan huruf (vocal dan konsonan) dan tanda baca pada bacaan tersebut; dan
e. Poses ini dapat dilakukan secara berulang-ulang sehingga anak menjadi terampil membaca.
4.Pembelajaran dilakukan dengan membaca lanjutan. Ini dilakukan setelah anak dapat membaca. Membaca lanjutan merupakan keterampilan dasar membaca yang nantinya dapat dikembangkan apabila anak melanjutkan ke jenjang pendidikan atau tingkat yang lebih tinggi. Untuk tujuan tersebut, diajarkan berbagai kemampuan yang meliputi:
a. Kemampuan menguasi bahan bacaan, berupa kosakata, kalimat dan tanda baca;
b.Kemampuan mengungkapkan gagasan bacaan yang terdiri atas menangkap ide pokok, gagasan penunjang, dan menyimpulkan isi wacana;
c. Kemampuan memahami gaya dan pemaparan penulis, menangkap sikap pengarang terhadap objek paparan, sikap pengarang terhadap pembaca, serta gaya bahasa pengarang. Jenis-jenis membaca yang dapat diberikan untuk mencapai kemampuan tersebut adalah membaca dalam hati, membaca teknik, membaca indah, membaca pemahaman, membaca cepat, membaca bahasa, dan membaca pustaka.
Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
1.Metode Linguistik
Konsep:
Program ini dimulai dengan analisis deskriptif tentang bahasa-bahasa yang belum terkrnal yang hasil pengajarannya jelek sekali. Tujuan utama yang hendak dicapai dari kursus intensif ini adalah penguasaan bahasa lisan. Percobaan ini mendorong pembuatan rencana pengajaran bahasa seperti yang dilakukan oleh Marry Mass. Prinsip pembelajaran yang menjadi landasan dari metode ini menurut Kosadi Hidayat (1990: 95) adalah “approach ilmiah”, yang cirri utamanya adalah sebagai berikut.
1.Pelaksanaan pengajaran didasarkan atas analisis deskriptif bunyi dan system bahasa yang akan diajarkan dan bahasa ibu.
2.Bahan yang diajarkan didasarkan atas analisis deskriptif bahasa yang akan diajarkan dan bahasa ibu.
3.System bunyi bahasa harus diajarkan terlebih dahulu.
4.Pola penyusunan bahasa itu, termasuk strukturnya, diajarkan setelah siswa menguasai bunyi bahasa itu.
5.Pelajaran tentang kata-kata harus dimanfaatkan untuk pelajaran bunyi bahasa dan pola penyusunan strukturnya.
6.Mengajar tata bahasa mesti dijalinkan dalam latihan pemakaian bahasa agar siswa dapat menggunakan pola bahasa itu secara otomatis.
7.Penjelasan tentang tata cara bahasa perlu diberikan dengan bantuan bahasa ibu.
8.Nativ informan sebaiknya dipakai untuk menciptakan latihan-latihan pemakaian bahsa sebagaimana terdapat dalam masyarakat bahasa yang diajarkan itu.
9.Memberikan contoh pemakaian bahasa dalam hubungan pemakaiannya yang sesungguhnya sama pentingnya dengan member penjelasan pengertian kata-kata dan struktur bahasa itu dalam pemakaian bahasa yang sesungguhnya.
Kelebihan:
1.Tidak dilarang menggunakan bahasa ibu.
2.Dengan diketahuinya kesukaran siswa, dapat disusun bahan yang akan diajarkan.
3.Mengurangi pemborosan waktu bagi siswa.
4.Siswa menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang usdah dilatihkan.
5.Siswa mempunyai lafal yang baik.
6.Siswa tidak tinggal diam, tetapi harus member respon pada rangsangan guru.
Kelemahan:
1.Latihan-latihan yang intensif sukar dilakukan dengan sebaik-baiknya.
2.Bila guru tidak kreatif, pengajaran akan membosankan.
3.Guru benar-benar menguasai bahasa yang akan diajarkannya, di samping informan (penutur asli).
4.Biaya yang dikeluarkan besar.
5.Buku pelajaran harus disusun sedemikian rupa dan harus menarik bagi siswa.
6.Kesalahan-kesalahan yang dilakukan pelajar dianggap hal yang wajar karena yang diperhatikan hanyalah bahasa yang diucapkan.
Sumber: Subana, Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
2.Metode Pembatasan Bahasa
Konsep:
Metode pembatasan bahasa adalah metode pembelajaran bahasa yang menekankan perlunya pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu didasarkan pada kekerapan atau kegunaan kata, sedangkan penggradasiannya diutamakan dalam penentuan urutan bahan yang disusun dengan keperluan.
   Arti yang terkandung dalam kata-kata atau kalimat-kalimat diajarkan melalui peragaan/perbuatan, benda asli, benda tiruan gambar, dan alat-alat visual lainnya. Metode pembatasan bahasa dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa lisa dan bahasa tulis.
Kelebihan:
Kekurangan:
Langkah-langkah:
Adapun langkah yang digunakan dalam metode pembatasan bahasa adalah sebagai berikut:
1.Kata-kata dan pola kalimat yang diajarkan adalah yang sering digunakan dalam pemakaian bahasa itu. Kata-kata dan pola-pola diambil dari berbagai sumber bacaan pemakain bahasa.
2.Banyaknya kata dan pola yang diajarkan tidak dianggap pentig. Yang penting adalah bahwa kata dan pola kalimat itu sering digunakan atau dipakai luas dalam masyarakat.
3.Disamping faktor keseringan dalam memilih kata-kata dan pola-pola ini, ada pula landasan nilai strukturalnya, yaitu keumumannya dalam lingkungan pemakaian bahasa itu, penyebaran dalam berbagai bahan, nilainya dalam memberikan defines terhadap kata-kata lain, daya mampunya dalam membentuk kata-kata baru, dan fungsi stilistiknya (Kosadi Hidayat, 1990: 94)
Sumber: Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar