Bersembunyi dibalik tembok dengan seragam sekolah (Pertama)
Pak guru mengeluarkan suaranya
yang menggelegar dan menyuruhmu mulai bicara. Kamu yang saat itu masih
anak-anak dengan manja dan malu-malu mengeluarkan suaramu yang terdengar berat
dan serak. Wajah putih bersihmu kini berubah menjadi merah dan menjadikan kamu
terlihat sangat tampan dengan itu. Namun aku tidak berani terlalu lama menatap
itu, aku mencoba memusatkan pandangan pada gerak tubuhmu yang sangat
menggelitik. Tanganmu tak henti menggaruk-garuk kepala, keluar masuk kantong
celana, dan kamu simpulkan dibelakang badanmu. Kamu juga menggerakkan kakimu
seperti orang yang sedang melakukan jalan ditempat. Sesaat kaki kananmu kau
tekuk, kemudian kaki kiri, begitu seterusnya. Pak guru yang mulai menyadari itu
menyeletuk hingga seisi kelas menertawakan tingkahmu. Kamu yang merasa malu
tertawa hingga wajahmu semakin memerah seperti tomat. Pak guru menyuruhmu
mencari tempat duduk kosong yang ada di depan dan kamu memilih sebangku dengan
teman kompleks tempat kamu tinggal.
Beberapa bulan, kamu sudah mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru itu. Tapi tidak dengan aku, aku masih
saja canggung dengan lingkungan baru itu. Hanya beberapa orang saja yang dapat
dengan nyaman aku ajak berbicara. Aku menjadi sosok pendiam yang hanya
mendapatkan tempat di tepi. Sedangkan kamu, mendapat tempat istimewa
ditengah-tengah orang yang dianggap baik. Beberapa anak perempuan yang ada di kelas pun memuja kamu dengan lantang
tanpa rasa canggung dan malu. Kamu sering terlihat memerah ketika mendapatkan
pujian dan ledekan untuk hal itu.
Keinginanku sedikit dikabulkan
dengan mendekatnya kamu walau hanya beberpa langkah saja. Namun kadang aku iri
dengan mereka yang bisa kamu perlakukan dengan baik. Kamu selalu saja
mengolok-olok aku,
Tiga tahun terasa sangat singkat untukku
mengintipmu dengan ekor mataku, karena aku tidak memiliki keberanian menatapmu.
0 komentar:
Posting Komentar