Manusia dan Kebudayaan Indonesia



KESENIAN KUDA LUMPING WARISAN BUDAYA JAWA TIMUR SEBAGAI CERMINAN MISTISISME MASYARAKAT JAWA
Ika Kharizma Putri Rahayu
115110701111004

Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Namun, penyebarang penduduknya masih belum merata karena pusat penyebaran penduduk berada di pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki luas yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua.  Walaupun luasnya yang tidak seberapa, namun sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di pulau Jawa. Pulau Jawa dibagi menjadi enam propinsi, salah satunya adalah ibu kota negara Indonesia. Pusat pemerintahan yang ada di pulau jawa menjadikan pulau jawa dihuni sebagian besar penduduk di Indonesia. Pulau jawa memiliki banyak suku bangsa di dalamnya seperti suku sunda, suku jawa, dan suku madura. Suku bangsa yang mendominasi di pulau Jawa adalah suku Jawa. Suku Jawa adalah suku bangsa Indonesia yang paling banyak jumlahnya, menempati seluruh daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Suku bangsa Jawa menggunakan bahasa Jawa secara keseluruhan, hanya saja terdapat perbedaan dialek di daerah tertentu.
Suku jawa atau biasa disebut dengan masyarakat jawa sangat menghormati dan menjunjung tinggi warisan leluhurnya. Warisan leluhur masyarakat jawa seperti nilai kesantunan, hukum adat, dan segala kebudayaan yang ada. Nilai kesantunan dalam masyarakat jawa sangat tersistem sebagaimana adat istiadat yang berlaku di masyarakat jawa. Nilai kesantunan masayarakat jawa tercermin pada cara bertutur dan bertindak. Cara bertutur dan bertindak masyarakat jawa sangat berbeda dengan suku bangsa lain di Indonesia. Kelembutan dan kesopanan mendominasi dalam cara bertutur dan bersikap masyarakat jawa. Nilai kesantunan dan adat istiadat masyarakat jawa tersusun secara tidak tertulis atau tidak ada kitab yang mencakupnya. Walaupun demikian, masyarakat jawa sangat memahami dan menjunjung tinggi nilai kesantunannya. Masyarakat jawa sebagian besar memahami aturan-aturan yang diwariskan oleh leluhurnya. Aturan-aturan tersebut seperti larangan-larangan yang berkaitan dengan tindakan dan tuturan, serta penanggalan jawa yang sangat berpengaruh di kehidupan masyarakat jawa.
Masyarakat Jawa sebagian besar memeluk agama islam. Pemeluk agama Islam di kalangan masyarakat Jawa dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan Islam santri dan golongan Islam kejawen. Golongan Islam santri adalah golongan yang menjalankan ibadah sesuai ajaran Islam dengan syariat-syariatnya. Golongan Islam kejawen adalah golongan yang percaya pada ajaran Islam, tetapi tidak patuh menjalankan syariat Islam dan masih percaya kepada kekuatan lain. Sebagian besar masyarakat Jawa masuk kedalam golongan Islam kejawen. Hal tersebut dilihat dari banyaknya masyarakat Jawa yang masih mempercayai kekuatan lain selain Allah SWT. Golongan Islam kejawen muncul karena pengaruh kepercayaan yang dianut nenek moyang masayrakat jawa. Nenek moyang masyarakat jawa menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan yang menyembah benda-benda mati yang ada di alam semesta. Masyarakat Jawa masih sangat percaya pada hal gaib atau kekuatan lain seperti makhluk-makhluk halus, hari baik atau naas, hari kelahiran atau weton, dan benda-benda pusaka.
Mistisisme yang dianut oleh masyarakat jawa sangat mudah ditemui dalam kehidupan mereka. Mistisisme yang ada dalam masyarakat jawa antara lain kepercayaan terhadap kekuatan gaib, penanggalan jawa, dan benda-benda pusaka. Kepercayaan masyarakat jawa terhadap kekuatan gaib ditunjukan dengan penghormatan terhadap leluhur yang selalu memberikan kebaikan jika dipuja dengan cara melakukan ritual-ritual adat. Penanggalan jawa yang dimiliki oleh masyarakat jawa juga tidak luput dari unsur mistisisme. Penanggalan yang ada dalan kalender jawa mencakup hari kelahira, hari baik, dan hari buruk yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat jawa. Benda pusaka yang sanagt khas dalam masyarakat jawa adalah keris. Keris merupakan besi berliku yang sangat indah sebagai simbol kekuatan. Keris oleh masyarakat jawa tidak hanya dipandang sebagai perhiasan laki-laki, namun memiliki kekuatan gaib di dalamnya.
Kesenian tari kuda lumping adalah sebuah seni tari yang dimainkan dengan menggunakan peralatan berupa kuda tiruan yang dibuat dari anyaman bambu. Dilihat ritmis, tarian kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran jaman dulu ,yaitu sebuah pasukan kavaleri berkuda. Hal tersebut dapat dilihat dari gerakan seni tari kuda lumping yang dinamis, ritmis, dan agresif seperti gerakan pasukan berkuda ditengah medan peperangan.
Kuda Lumping konon katanya adalah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping adalah menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Kesenian tari kuda lumping ini lebih populer didaerah Jawa Timur khususnya Malang, Blitar, Tulungagung dan sekitarnya. Biasanya kuda lumping ini ditampilkan dalam acara tertentu.
Kuda lumping merupakan kesenian Jawa yang penuh dengan unsur mistis di dalamnya. Penari yang mengikuti tarian dengan menggunakan kuda dari bambu akan menjadi kerasukan jin yang di undang oleh sang pawang. Penari akan terus menari tanpa kesadaran mengikuti irama musik sesuai karakter jin yang telah masuk kedalam raga penari. Tanpa kesadaran penari dapat melakukan aksi akrobatik seperti memakan pecahan kaca, mencambuk dan lainnya.  Ada pula penari dengan karakter galak yang mengejar penonton untuk di ajak menari bersamanya. Mistisisme tidak hanya muncul dalam kegaitan pertunjukan saja, namun sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.
Secara umum tari kuda lumping dikenal memiliki empat fragmen antara lain dua golongan tari buto lawas, senterewe dan pegon putri. Segmen buto lawas inilah biasanya penari akan mulai kesurupan dan bahkan para penontonnya sekalian. Tari buto lawas ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari empat hingga enam orang penari.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini.  Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya Manusia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar