Manusia dan Kebudayaan Indonesia
KESENIAN
KUDA LUMPING WARISAN BUDAYA JAWA TIMUR SEBAGAI CERMINAN MISTISISME MASYARAKAT JAWA
Ika Kharizma Putri Rahayu
Indonesia adalah negara kepulauan yang
terbentang dari Sabang hingga Merauke. Namun, penyebarang penduduknya masih
belum merata karena pusat penyebaran penduduk berada di pulau Jawa. Pulau Jawa
memiliki luas yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pulau Sumatra,
Kalimantan, dan Papua. Walaupun luasnya
yang tidak seberapa, namun sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di pulau
Jawa. Pulau Jawa dibagi menjadi enam propinsi, salah satunya adalah ibu kota
negara Indonesia. Pusat pemerintahan yang ada di pulau jawa menjadikan pulau
jawa dihuni sebagian besar penduduk di Indonesia. Pulau jawa memiliki banyak
suku bangsa di dalamnya seperti suku sunda, suku jawa, dan suku madura. Suku
bangsa yang mendominasi di pulau Jawa adalah suku Jawa. Suku Jawa adalah suku
bangsa Indonesia yang paling banyak jumlahnya, menempati seluruh daerah Jawa Tengah,
Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Suku bangsa Jawa menggunakan bahasa Jawa
secara keseluruhan, hanya saja terdapat perbedaan dialek di daerah tertentu.
Suku jawa atau biasa disebut dengan
masyarakat jawa sangat menghormati dan menjunjung tinggi warisan leluhurnya. Warisan
leluhur masyarakat jawa seperti nilai kesantunan, hukum adat, dan segala
kebudayaan yang ada. Nilai kesantunan dalam masyarakat jawa sangat tersistem
sebagaimana adat istiadat yang berlaku di masyarakat jawa. Nilai kesantunan
masayarakat jawa tercermin pada cara bertutur dan bertindak. Cara bertutur dan
bertindak masyarakat jawa sangat berbeda dengan suku bangsa lain di Indonesia.
Kelembutan dan kesopanan mendominasi dalam cara bertutur dan bersikap
masyarakat jawa. Nilai kesantunan dan adat istiadat masyarakat jawa tersusun
secara tidak tertulis atau tidak ada kitab yang mencakupnya. Walaupun demikian,
masyarakat jawa sangat memahami dan menjunjung tinggi nilai kesantunannya. Masyarakat
jawa sebagian besar memahami aturan-aturan yang diwariskan oleh leluhurnya.
Aturan-aturan tersebut seperti larangan-larangan yang berkaitan dengan tindakan
dan tuturan, serta penanggalan jawa yang sangat berpengaruh di kehidupan
masyarakat jawa.
Masyarakat Jawa sebagian besar memeluk
agama islam. Pemeluk agama Islam di kalangan masyarakat Jawa dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu golongan Islam santri dan golongan Islam kejawen. Golongan Islam
santri adalah golongan yang menjalankan ibadah sesuai ajaran Islam dengan
syariat-syariatnya. Golongan Islam kejawen adalah golongan yang percaya pada
ajaran Islam, tetapi tidak patuh menjalankan syariat Islam dan masih percaya
kepada kekuatan lain. Sebagian besar masyarakat Jawa masuk kedalam golongan
Islam kejawen. Hal tersebut dilihat dari banyaknya masyarakat Jawa yang masih
mempercayai kekuatan lain selain Allah SWT. Golongan Islam kejawen muncul
karena pengaruh kepercayaan yang dianut nenek moyang masayrakat jawa. Nenek
moyang masyarakat jawa menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme
dan dinamisme merupakan kepercayaan yang menyembah benda-benda mati yang ada di
alam semesta. Masyarakat Jawa masih sangat percaya pada hal gaib atau kekuatan
lain seperti makhluk-makhluk halus, hari baik atau naas, hari kelahiran atau
weton, dan benda-benda pusaka.
Mistisisme yang dianut oleh masyarakat
jawa sangat mudah ditemui dalam kehidupan mereka. Mistisisme yang ada dalam
masyarakat jawa antara lain kepercayaan terhadap kekuatan gaib, penanggalan
jawa, dan benda-benda pusaka. Kepercayaan masyarakat jawa terhadap kekuatan
gaib ditunjukan dengan penghormatan terhadap leluhur yang selalu memberikan
kebaikan jika dipuja dengan cara melakukan ritual-ritual adat. Penanggalan jawa
yang dimiliki oleh masyarakat jawa juga tidak luput dari unsur mistisisme.
Penanggalan yang ada dalan kalender jawa mencakup hari kelahira, hari baik, dan
hari buruk yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat jawa.
Benda pusaka yang sanagt khas dalam masyarakat jawa adalah keris. Keris
merupakan besi berliku yang sangat indah sebagai simbol kekuatan. Keris oleh
masyarakat jawa tidak hanya dipandang sebagai perhiasan laki-laki, namun
memiliki kekuatan gaib di dalamnya.
Kesenian tari kuda lumping adalah sebuah
seni tari yang dimainkan dengan menggunakan peralatan berupa kuda tiruan yang
dibuat dari anyaman bambu. Dilihat ritmis, tarian kuda lumping merefleksikan
semangat heroisme dan aspek kemiliteran jaman dulu ,yaitu sebuah pasukan
kavaleri berkuda. Hal tersebut dapat dilihat dari gerakan seni tari kuda
lumping yang dinamis, ritmis, dan agresif seperti gerakan pasukan berkuda
ditengah medan peperangan.
Kuda Lumping konon katanya adalah bentuk
dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam
menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda
lumping adalah menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh
Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian
ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan
Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Kesenian
tari kuda lumping ini lebih populer didaerah Jawa Timur khususnya Malang, Blitar,
Tulungagung dan sekitarnya. Biasanya kuda lumping ini ditampilkan dalam acara
tertentu.
Kuda lumping merupakan kesenian Jawa yang
penuh dengan unsur mistis di dalamnya. Penari yang mengikuti tarian dengan
menggunakan kuda dari bambu akan menjadi kerasukan jin yang di undang oleh sang
pawang. Penari akan terus menari tanpa kesadaran mengikuti irama musik sesuai
karakter jin yang telah masuk kedalam raga penari. Tanpa kesadaran penari dapat
melakukan aksi akrobatik seperti memakan pecahan kaca, mencambuk dan lainnya. Ada pula penari dengan karakter galak yang mengejar
penonton untuk di ajak menari bersamanya. Mistisisme tidak hanya muncul dalam
kegaitan pertunjukan saja, namun sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang
pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah
mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.
Secara umum tari kuda lumping dikenal memiliki
empat fragmen antara lain dua golongan tari buto lawas, senterewe dan pegon
putri. Segmen buto lawas inilah biasanya penari akan mulai kesurupan dan bahkan
para penontonnya sekalian. Tari buto lawas ditarikan oleh para pria saja dan
terdiri dari empat hingga enam orang penari.
Manusia
dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan
kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya
tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah
diatur oleh Yang Maha Kuasa. Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil
dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini.
Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu
untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka
bumi ini. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai
pendudukungnya Manusia.
0 komentar:
Posting Komentar