Permen Karet

   
 Dia datang tanpa pernah aku duga. Dia seperti paket pos yang dikirimkan Tuhan kepada ku, lebih tepatnya sebuah kado kejutan di hari tanpa makna. Seperti anak-anak yang sangat girang mendapat kejutan, aku begitu bahagia dengan datangnya dia. 
   Sebelum dia datang, aku menghabiskan waktu dengan menatap bumi. Mengamati semut yang tengah berbaris rapi, sesekali mereka bertabrakan,entah membisikan apa. Terkadang, aku juga menatap langit yang membalut matahari dengan indahnya. Begitu landai dan tidak ada satupun hal menarik dari rutinitas yang aku miliki.
  Beberapa hari setelah dia datang, aku merasa seperti berpindah tempat. Sebelumnya aku seperti di tanah lapang yang ditumbuhi ilalang dengan tingginya mencapai tinggi badanku, sehingga aku tidak bisa menatap sekitar. Namun, sekarang aku merasa telah melewati jalan setapak dan menemukan sebuah pasar malam dengan berbagai permainan dan hiburan yang sangat menyenangkan.
   Setelah beberapa bulan berlalu, seuanya berubah seperti sebelum dia datang. Bahkan, ini lebih rumit dan menyita pikiranku. Rasanya aku seperti memakan permen karet. Di awal aku akan merasakan manis yang teramat sehingga harus menelan ludah sebanyak-banyaknya. Dan kini, seperti fase saat permen karet itu mulai hambar tanpa rasa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar